SELAMAT DATANG DI BLOG BALTICS REBORN

Bismarck

Tenggelamnya Kapal Bismarck

Kapal perang Bismarck dalam foto berwarna yang langka


Battleship Bismarck

Bismarck tampak bagian depan. Raksasa!


Bismarck sedang di cat oleh para pekerja di galangan kapal Kiel tahun 1941


Bismarck tampak dari foto udara bersama Prinz Eugen di Grimstadfjord


Cahaya sinyal lampu dari Bismarck memberikan arah petunjuk jalan bagi Prinz Eugen yang berlayar di belakangnya


Peta Operasi Rheinübung dan rute pelayaran Bismarck dari mulai berangkat sampai menemui ajalnya


Peta lokasi tenggelamnya Bismarck dalam pertempuran heroik melawan kapal-kapal Inggris yang pengecut


Foto langka yang memperlihatkan Bismarck sedang menembakkan salvo ke arah kapal Prince Of Wales, tak lama setelah kapal Hood tenggelam


Model kapal Bismarck. Berniat membuat?


Jerman yang kalah dalam Perang Dunia II, berdasarkan pakta Versailles, mendapat pembatasan dalam membangun angkatan perangnya. Ia hanya diperbolehkan mempunyai angkatan laut model lama, model zaman pre-Dreadnaught tanpa kapal induk, battle cruiser (kapal penggempur) dan cruiser (penjelajah berat). Yang diperbolehkan hanyalah enam dari delapan kapal perang pre-Dreadnaught, enam dari delapan penjelajah tua yang ringan, 12 dari 32 destroyer (kapal penghancur) dan kapal torpedo.

Tetapi apabila umur kapal perang itu sudah 20 tahun, ia dapat diganti, namun tetap tidak melebihi 10.000 ton dan persenjataannya paling besar 11 inci. Penjelajah juga dapat diganti, namun tidak melebihi 6.000 ton dengan persenjataan tidak melebihi 6 inci. Untuk penghancur, 800 ton dan kapal torpedo 200 ton.

Pada tahun 1933, Hitler menjadi Reichskanzler. Pada tahun 1935, ia menyatakan secara sepihak bahwa Jerman bebas dari ikatan pakta Versailles, dan dengan Inggris diadakan perjanjian bahwa besarnya Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine) adalah sepertiga dari AL Inggris. Tetapi diam-diam Jerman membangun angkatan perangnya menurut kemampuannya sendiri. Kapal perang Bismarck dan Tirpitz dibangun dengan tonase 41.700 ton dan 42.900 ton, tetapi kepada dunia diberitahukan bahwa berat masing-masing hanya 35.000 ton!

Großadmiral Erich Raeder, panglima Kriegsmarine, merencanakan pembangunan AL untuk jangka waktu enam tahun. Rencana yang terkenal dengan nama Z-Plan disahkan Hitler pada bulan Januari 1939, dengan perhitungan perang dengan Inggris akan pecah pada tahun 1945.

Rencana-Z itu terdiri atas pembangunan kapal perang 56.000 ton, dua kapal perang 42.000 ton (Bismarck dan Tirpitz), tiga kapal perang 31.000 ton, tiga kapal perang pocket (Deutschland, Admiral Scheer dan Graf Spee), dua kapal induk (salah satunya adalah Graf Zeppelin), lima penjelajah berat (Hipper, Blücher, Prinz Eugen, Seydlitz dan Lützow), 44 penjelajah ringan, 68 destroyer, 90 kapal torpedo dan 249 kapal selam (u-boat), coastal, sea going, dan ocean going (untuk perairan, laut lepas dan samudera). Rencana itu juga bermaksud untuk menyamai kekuatan angkatan laut Inggris dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Hitler berjanji kepada Raeder bahwa dia tidak akan berperang dengan Inggris dalam waktu singkat, dan itu dipercayai oleh laksamana veteran tersebut. Tetapi kemudian beberapa negara dicaplok tanpa pertempuran dan Inggris tetap tinggal diam. Barulah ketika Polandia diserang oleh Jerman, Inggris seketika mengeluarkan ultimatum akan menyatakan perang terhadap Jerman bila tidak mundur dari Polandia. Ultimatum tanggal 3 September 1939 tersebut dianggap sepi saja oleh Hitler.

Großadmiral Raeder gigit jari karena AL Jerman belumlah siap untuk berperang, dan tak akan mampu melawan AL Inggris. Perbedaan kekuatan antara kedua angkatan laut besar sekali. Rencana-Z belum selesai, sementara Hitler lebih menyukai landsinnig, ‘melihat pertahanan hanya dari darat’. Untung bagi Jerman, Bismarck dan Tirpitz sudah selesai dibangun.

Jerman terpaksa menghantam konvoi Inggris dimana saja, suatu taktik yang terbukti berhasil dalam Perang Dunia I. Pada permulaan Perang Dunia II, kapal-kapal perang Jerman Scharnhorst dan Gneisenau berhasil menghancurkan 115.622 ton kapal-kapal komersial Inggris. Großadmiral Raeder bermaksud untuk menyempurnakannya dengan suatu rencana, yang diberi nama Rhein-übung (Operasi Rhine).

Semula, menurut rencana, empat kapal perang akan dikerahkan, yaitu Bismarck dan Prinz Eugen di utara Atlantik dan Scharnhorst dan Gneisenau beroperasi di selatan Atlantik. Tetapi karena Scharnhorst dan Gneisenau harus masuk dok, maka operasi itu hanya dilakukan oleh Bismarck dan Prinz Eugen di bawah komando Admiral Günther Lütjenz. Sebelumnya, laksamana itu telah berhasil memimpin Scharnhorst dan Gneisenau.

Admiral Lütjens berangkat dari Baltik tanggal 18 Mei 1941. Ia beruntung karena saat itu cuaca buruk sehingga membantunya berlayar dengan cepat dan aman ke Atlantik utara. Tetapi pihak Inggris sudah mengawasi dan mengikuti jejaknya.

Walaupun dengan susah payah, beberapa pesawat AU Inggris dapat melihat Bismarck yang sedang berlayar menuju Atlantik utara lewat Islandia dan selat Denmark, antara Islandia dan Greenland. Perkembangan itu segera dilaporkan ke laksamana Tovey, dan Inggris yakin akan berhasil menghadang konvoi-konvoi mereka di laut Atlantik Utara itu.

Tovey segera memerintahkan kapal penggempur (battle-cruiser) Hood dan kapal perang Prince Of Wales meninggalkan Scapa Flow menuju Hvalfyord di pantai barat Islandia. Tugas kedua kapal itu adalah mencegah Bismarck mencapai Atlantik.

Dalam perbandingan, Hood dan Prince Of Wales mempunyai daya tembak yang lebih unggul daripada Bismarck dan Prinz Eugen. Tonase Hood juga (42.100 ton) lebih besar sedikit dari Bismarck (41.700 ton). Tetapi lapis baja sebagai perlindungan terhadap bom dan peluru yang dimiliki Bismarck lebih tebal daripada Hood. Hood pun lebih tua dan dari model yang sudah jadul pula, dibangun menurut ukuran Perang Dunia I!

Sedangkan kapal Prince Of Wales sudah modern tetapi belum siap tempur karena belum melewati latihan pertempuran yang cukup. Meriam-meriamnya belum digunakan secara memuaskan sehingga bahkan insinyur-insinyurnya ikut berlayar untuk melakukan pengawasan langsung!

Kemudian Tovey memerintahkan dua penjelajah Suffolk dan Norfolk secara terus-menerus mengintai Bismarck. Suffolk membantu Norfolk dalam patroli sekitar Islandia. Laksamana Tovey sendiri menunggu di atas kapal King George V dengan lima penjelajah dan lima destroyer.

Suatu berita yang menyenangkan tiba : kapal induk Repulse dan Victorious diperbantukan pada Tovey. Dengan demikian, ia merasa kuat sekali menghadapi Bismarck dan Prinz Eugen. Tinggal menunggu laporan dari pesawat RAF.

Tetapi sial bagi Tovey, udara semakin jelek. Sebaliknya, itu menguntungkan Lütjens. Ia segera berlayar menuju selat Denmark tanpa terlihat oleh kapal Inggris. Namun Lütjens menerima berita yang tidak benar dari Luftwaffe bahwa semua kapal Inggris ada di Scapa Flow, padahal Hood dan Prince Of Wales sudah dalam perjalanan menuju Islandia!

Setelah Tovey menerima laporan bahwa Bismarck dan Prinz Eugen sudah berada di Grimstadt Fjord, ia segera memerintahkan Hood, Prince Of Wales dan enam destroyer di bawah pimpinan laksamana Holland menuju Hvalfjord di pantai barat Islandia dengan maksud untuk menghalangi kapal Jerman itu memasuki Atlantik.

Pada tanggal 23 Mei 1941 pukul 22.56, Tovey mengirim berita : “Saya berharap Hood dapat mengejar Bismarck dan memaksanya berputar kembali atau balik ke selatan”. Hood memberikan perintah ‘siap bertempur’ kepada skuadronnya pada pukul 00.15 tanggal 24 Mei, pada tengah malam itu, salju turun dengan hebatnya, menyebabkan Norfolk dan Suffolk putus hubungan radar dengan Bismarck sehingga tidak mengetahui lagi di mana posisi musuhnya itu. Laksamana Holland segera bertindak dengan memerintahkan lima destroyer untuk bergerak ke utara.

Pada pukul 02.47, Norfolk dan Suffolk memperoleh kontak kembali, dapat melihat Bismarck dalam radar dengan jarak dari Hood sejauh 10 mil. Pada pukul 05.15 asap kapal Jerman itu kelihatan. Dua puluh menit kemudian, kedua kapal Jerman terlihat dari jarak 17 mil dari Hood. Pada pukul 05.46 Laksamana Holland mengarahkan kapal-kapalnya menuju kapal-kapal Jerman itu. Dengan cepat, jarak diperkecil untuk mengambil ancang-ancang penembakan.

Kesalahan yang dibuat Holland adalah cara kapal-kapalnya berlayar yang seperti satu unit, yaitu dengan kecepatan dan jarak antara Hood dan Prince Of Wales hanya 800 yard. Keadaan itu memudahkan kapal Jerman untuk menembaknya. Kesalahan lain adalah anggapan Holland bahwa kapal Jerman yang berada paling depan adalah Prinz Eugen, atau salah melihat dengan menyangka Prinz Eugen adalah Bismarck. Karena itu, Hood menembaki Bismarck yang sebenarnya adalah Prinz Eugen. Sedangkan Prince Of Wales melaksanakan perintah pertama dari Laksamana Holland, yaitu menembaki Bismarck yang posisinya pada urutan kedua dalam iring-iringan kapal Jerman itu. Padahal kedua kapal Jerman tersebut kompak menembaki Hood yang mudah dikenali . Akibatnya, pertempuran berakhir cepat sekali!

Di bawah ini, urutan peristiwa sejak penembakan pertama dilepaskan Hood :

05.49 – Hood memerintahkan melepaskan tembakan terkonsentrasi terhadap kapal Bismarck.
05.52 – Jarak tembak 25.000 yard. Hood dan Bismarck melepaskan tembakan awal, disusul tembakan dari Prince Of Wales. Hood memberikan perintah “shift target right” terhadap Bismarck. Tembakan salvo Bismarck mendekati Hood, sudah dekat sekali!
05.55 – Salvo ketiga Bismarck terhadap Hood mengakibatkan kebakaran di gudang peluru. Hood memberi perintah memutar supaya dapat memberikan tembakan dengan tepat. Salvo keempat mengenai Hood.
06.00 – Jarak 14.000 yard. Hood dan Prince Of Wales berputar. Salvo kelima Bismarck menembus lapisan lapis baja Hood, mengenai gudang dan meledakkan kapal. Tidak lama kemudian Hood tenggelam. Prince Of Wales menjauhi Hood supaya tidak tersedot. Sejumlah 1.419 orang tenggelam, kecuali tiga orang. Berat kapal yang mencapai 42.000 ton mempercepat tenggelamnya Hood.
06.02 – Bismarck dan Prinz Eugen melepaskan tembakan terkonsentrasi terhadap Prince Of Wales, mengenai ruangan kompas dan semua yang berada di sana tewas kecuali kapten Leach dan seorang dari bagian perhubungan.
06.06 – Prince Of Wales tertembak untuk keempat kalinya oleh Bismarck.
06.12 – Prince Of Wales kembali tertembak untuk ketiga kalinya oleh Prinz Eugen.
06.13 – Prince Of Wales mengundurkan diri, segera bergabung dengan Suffolk dan Norfolk.

Dengan demikian pertempuran selesai. Yang disesalkan adalah, Hood belum sempat membalas menembak Bismarck dengan tepat sebelum ia tenggelam. Sementara Prinz Eugen yang ditembaki Hood tidak mengalami kerusakan apa-apa!

Pihak Jerman menyangka bahwa ketiga tembakan yang mengenai Bismarck berasal dari Prince Of Wales. Yang pertama mengenai ruang mesin sehingga menyebabkan kapal itu hanya mampu berlayar dengan kecepatan 28 knot. Tembakan kedua mengenai tangki oli sehingga menyebabkan kebocoran oli. Walaupun demikian, Bismarck terus berlayar dan masih mampu bertempur, tetapi tidak mungkin lagi berlayar jarak jauh ke Atlantik karena seribu ton bahan bakarnya telah bocor.

Pada pukul 08.00, Admiral Lütjens memberitahukan bahwa ia akan ke Prancis, ke St. Nazaire, untuk masuk dok. Tetapi pada sore harinya dilakukan perubahan, yaitu Prinz Eugen tetap tinggal di Atlantik melaksanakan commerce raiding sesuai dengan Rhein übung, dan Bismarck akan bertindak sebagai umpan terhadap kapal-kapal Inggris yang mengejarnya. Ia telah meminta beberapa kapal selam untuk menghadang kapal-kapal Inggris itu, tetapi Lütjens tidak tahu bahwa laksamana Tovey demikian kuatnya karena telah dibantu oleh kapal induk. Lütjens adalah seorang master dalam menghadapi kapal perang, tetapi belum mahir menghadapi serangan pesawat tempur yang berasal dari kapal induk.

Norfolk dan Suffolk terus mengikuti Bismarck dengan radarnya. Pada saat Prince Of Wales mengundurkan diri, laksamana Tovey dan armada Holme berada pada jarak 330 mil dari kapal Jerman. Laksamana Sommerville, panglima Force H yang terdiri atas kapal induk Ark Royal, pada tanggal 23 Mei memerintahkan penjelajah tempur Sheffield untuk meninggalkan Gibraltar menuju Atlantik. Saat itu, pengejaran dan penghancuran Bismarck lebih penting dari pertempuran Kreta yang sedang berlangsung. Juga, dua kapal perang Ramilles dan Revenge diperintahkan untuk meninggalkan Halifax demi sama-sama mengejar Bismarck.

Bismarck sendiri masih mampu melaju dengan kecepatan 25 knot. Karena itu, laksamana Tovey harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Pada tanggal 24 Mei pukul 12.00, sembilan pesawat Swordfish dengan senjata torpedo lepas landas dari kapal induk Victorious di bawah komando Lieutenant Commander Eugene Esmonde. Inilah untuk pertama kalinya pesawat lepas landas dari kapal induk untuk menyerang sebuah kapal perang, dengan kata lain, sejarah Brow! Karena udara yang jelek, penerbangan pesawat-pesawat itu harus dibantu oleh laporan radar dari kapal penjelajah yang mengikuti Bismarck.

Kesembilan pesawat Swordfish mulai menyerang, tetapi hanya satu yang berhasil menembakkan torpedonya menghantam bagian tengah Bismarck. Karena tebalnya baja kapal itu, Bismarck tidak mengalami kerusakan sedikitpun! Dua pesawat Swordfish yang hendak pulang ke kapal induk mereka mengalami kerusakan, jatuh ke laut dan tenggelam.

Bismarck melanjutkan pelayarannya dengan tetap dibuntuti oleh Norfolk, Suffolk, dan Prince Of Wales, dari jarak yang aman untuk ketiga kapal Inggris itu. Selama itu, Bismarck selalu terlihat di layar radar.

Pada pukul 03.06 keesokan harinya, Suffolk kehilangan kontak radar dengan Bismarck. Inggris mengira, kapal Jerman itu berlayar kembali ke Atlantik untuk menyerang konvoi Inggris. Tovey juga sudah gembira, menyangka akan dapat mengepung Bismarck dengan kekuatan yang besar. Tapi, dimana Bismarck sebenarnya?

Untung bagi Tovey, Lütjens membuat kesalahan BESAR. Dengan tidak mengetahui bahwa kapal-kapal Inggris itu telah kehilangan jejak radar, justru Lütjens secara tidak langsung memberitahukan posisinya! Kepada Berlin, Lütjens mengirimkan laporan panjang lebar mengenai pertempuran dengan dua kapal Inggris, dan menenggelamkan satu di antaranya, yang dikiranya adalah kapal King George V. Dengan pengiriman laporan itu, kapal Inggris mengetahui posisi Bismarck.

Pada tanggal 26 Mei 1941, sebuah pesawat Catalina yang sedang melakukan patroli melihat keberadaan kapal Jerman itu yang berlayar menuju tenggara pada jarak 690 mil (sekitar 1.110 km) dari Brest. Lalu dilancarkanlah serangan dari pesawat-pesawat Swordfish dari kapal induk Ark Royal. Serangan pertama gagal, sebab yang diserang justru kapal sendiri, Sheffield. Untung tidak mengena! Barulah pada serangan kedua, Bismarck terpukul, pertama mengenai badannya dan yang kedua mengenai kemudinya yang menyebabkannya hanya mampu berlayar dengan kecepatan 10 knot. Usaha-usaha perbaikan dilakukan, tapi tidak berhasil.

Lütjens kini telah tahu nasib yang akan menimpa di depannya. Ia mengirim berita ke Berlin : “Tidak mampu lagi menjalankan Bismarck. Kita akan bertempur sampai peluru terakhir. Heil Führer!”

Setelah berputar-putar, kapal Jerman itu bergerak ke arah King George V dan Rodney. Sebelum bertemu dengan kedua kapal Inggris itu, Bismarck harus berhadapan dengan lima destroyer di bawah pimpinan kapten Vian, yang bertindak sebagai perisai anti kapal selam bagi armada sir John Tovey. Begitu melihat Bismarck, Vian menyerang! Tapi kapal Jerman itu dapat menghindar dan berhasil mengusir mereka dengan tembakan-tembakannya yang akurat. Serangan destroyer itu seakan tidak berarti, bahkan bagi Bismarck yang sedang sempoyongan!

Esok paginya, King George V dan Rodney bertemu dengan Bismarck. Pertempuran pun pecah, mulai pukul 08.74. ternyata itu merupakan pertempuran terakhir bagi Bismarck. Dari segi perbandingan senjata, kedua kapal Inggris lebih unggul. Rodney mempunyai sembilan meriam 16 inci dan King George V dengan sepuluh meriam 14 inci, sementara Bismarck hanya memiliki delapan meriam 15 inci. Walaupun demikian, kapal Jerman itu tetap bertempur dengan gigih, khas bangsa Arya!

Pada pukul 10.00, Bismarck sudah lumpuh dan pada pukul 10.15 ia sudah merupakan barang mati. Tiang benderanya hancur, cerobong asapnya rusak, semua meriamnya mengarah ke semua jurusan, asap keluar dari bagian tengah kapal dan lobang-lobang terlihat di pinggir badannya. Tetapi Bismarck masih dapat bergerak. Kapal-kapal penjelajah Inggris menyelesaikan riwayatnya dengan tembakan torpedo.

Pada pukul 10.30, Bismarck tenggelam ke dasar laut dengan membawa 2.300 orang, termasuk laksamana pemberani Günther Lütjens, dan hanya 110 orang yang dapat diselamatkan!

Dengan tenggelamnya Bismarck, berakhirlah operasi Rhein übung.

Data kapal Bismarck sendiri adalah :

Berat : 41.700 ton
Panjang : 792 kaki
Lebar : 118 kaki
Draught : 26 kaki
Kecepatan : 30 knot
Radius : 8.100 mil pada kecepatan 19 knot
Tebal main belt : 12,5 inci
Rebal menara : 14 inci
Tebal dek : 8 inci
Persenjataan :
8 meriam 15,5 inci
12 meriam 5,9 inci
16 meriam anti-aircraft 237 mm
12 meriam anti-aircraft 20 mm
8 tabung torpedo 21 inci
6 pesawat terbang


Sumber :
Majalah TSM edisi Desember 1988
www.kbismarck.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar