SELAMAT DATANG DI BLOG BALTICS REBORN

Pembantaian Massal tentara merah di Hutan Katyn

hutan Katyn pada Tahun 1940, ketika terjadi pembataian tersebut

Di musim gugur 1939 Tentara Merah Uni Soviet menawan 250.000 orang Polandia. Dari jumlah itu dipilih 17.000 orang terpelajar dan perwira tentara. Mereka diasingkan di dua biara dan barak-barak tahanan di Kosielk, dekat hutan Katyn, dari Moskwa 200 km ke barat laut. Schainberg, kolonel intelijen Polandia (Breaking With the KGB, 1986) mengisahkan peran Marsekal Lavrenti Beria, kepala intel Uni Soviet NKVD (Narodnyy Komissariat Vnutrennikh Del) yang memerintahkan "likuidasi", istilah teknis pembantaian manusia di Hutan Katyn itu. Organisasi NKVD ini belakangan menjadi KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti).

Tawanan yang 17.000 orang itu, intinya terdiri dari 200 pengacara, jaksa, hakim dan petugas pengadilan, 300 insinyur berbagai disiplin, beberapa ratus guru SD, SLTP dan SMU, 800 dokter umum, dokter spesialis dan dokter bedah, kemudian serombongan pendeta, pastor dan rabbi. Selebihnya tentara, yang terdiri dari 2 jenderal mayor, seorang admiral, 100 kolonel, 300 mayor, 1.000 kapten lalu perwira junior dan kadet akademi militer.

Mereka, yang merupakan lapis atas penting pemerintahan Polandia, diindoktrinasi Marxisme-Leninisme agar bila kelak Uni Soviet selepas perang menguasai Polandia, akan menjadi aparat birokrasi penyokong Uni Soviet. Dari tawanan sebanyak itu, sesudah diberi penataran intensif, cuma 6 orang yang menjadi Marxis. Enam orang saja. Indoktrinasi itu gagal total. Lavrenti Beria, kepala intel Uni Soviet murka besar. Para tahanan ini, bila tetap hidup, pastilah akan menjadi penentang utama komunisasi Polandia kelak. Diperintahkannya pembantaian terhadap orang-orang itu. Tawanan sebanyak itu total dihabisi.

 Tapi fakta pembantaian di hutan Katyn itu 50 tahun lamanya tertutup rapat. Rakyat Polandia dan Rusia ngeri membicarakannya. Kebengisan intel dan militer Marxis membuat rakyat Polandia dan Rusia ketakutan. David Remnick, wartawan Washington Post, berhasil mewawancarai seorang pensiunan polisi rahasia Uni Soviet yang ikut bertugas membantai 250 tawanan setiap malam, selama sebulan, di hutan Katyn itu. Ketika diwawancarai, Vladimir Tokaryev berumur 89 tahun, mata buta tapi ingatan masih tajam.

Para Marxis pembantai itu, kisah Tokaryev, membawa koper penuh dengan revolver Walther 2, buatan Jerman. Senjata TT buatan Soviet, kalau dipakai menembak berjam-jam, larasnya jadi sangat panas, lantas macet. Kepala jagal bernama Blokhin, dia dibantu 30 orang NKVD, termasuk sopir. Dia memakai seragam serba coklat. Topi kulit, apron panjang dan sarung tangan coklat sampai ke siku. Tawanan Polandia itu satu-satu masuk, lalu ditanya nama keluarga, nama kecil dan tempat lahir. Kemudian dibawa ke kamar kedap suara, pestol melekat di tengkuk, lalu ditembakan ke arah kepala dan, langsung mati. Satu peluru satu orang. Sangat efisien. Tidak ada keputusan yang dibacakan untuknya.
Adegan eksekusi oleh NKDV dalam film The KatyƄ massacre
Menghabisi nyawa lawan dengan metoda menembak di tengkuk kepala, di basis otak, memang cara favorit polisi rahasia Palu Arit Uni Soviet. Metoda ini populer digunakan di penjara Lubyanka, Moskwa. Di novelnya mengenai Stalinisme (Darkness at Noon, 1941), Arthur Koestler terperinci menceritakannya. Dalam tugas membantai yang tidak perlu ditonton orang banyak, orang Palu Arit memakai cara ini. Karena ujung laras pestol melekat di tengkuk kepala, penembakan tak mungkin meleset. Peluru akan menembus otak kecil dan otak besar, dan satu tembakan langsung mencabut nyawa korban.

Di malam pertama, 300 orang dibantai. Tapi itu terlalu banyak, karena ketika selesai, matahari sudah terbit. Padahal perintah bilang, "Pembantaian harus dilakukan dalam gelap!". Besoknya dikurangi jadi 250 orang. Berapa malam? Di hutan Katyn tawanan 6.000, saban malam 250. Dikurangi hari libur, satu bulanlah, sepenuh April 1940. Tapi Blokhin mengaku tidak terlibat penembakan. Tugasnya menggiring tawanan masuk ruangan. Kemudian, begitu selesai pembantaian, membawa kotak-kotak kardus berisi vodka untuk para Marxis penjagal itu, yang diminum ramai-ramai. Sebelum dan sedang bertugas, mereka tidak minum, untuk mencegah mabuk.

Berapa orang yang bertugas menggali kubur? Dua orang NKVD, dengan sebuah bulldozer. Mayat-mayat itu dilemparkan ke atas truk terbuka, kemudian dituangkan ke lubang besar berukuran 8 kali 10 meter. Satu lubang bisa memuat 250 mayat. Supaya mulus, sesudah lubang kuburan ditimbuni, dipindahkan pohon-pohon berumur 2 tahun, dan ditanamkan apik-apik di atasnya, agar kelihatan seperti hutan. Semua barak tahanan dirubuhkan dan lahannya dibersihkan rapi-rapi, sehingga tidak meninggalkan bekas.
Tapi serapi-rapi Marxis Palu Arit membungkus barang busuk, tercium juga pada akhirnya. Pasukan Nazi Jerman yang masuk ke wilayah itu (1943) mencurigai ada gundukan tanah, menggalinya dan menemukan mayat berseragam militer lengkap, bertumpuk dua belas lapis dari atas sampai ke bawah. Lubang yang satu itu ternyata besarnya 16 x 28 meter, berisi 3.000 mayat. Biasanya di kantong mayat berseragam itu masih ada mata uang koin, kotak rokok, catatan, surat dan buku harian, dan tanda jasa melekat di dada. Yang selalu diambil pembunuh itu cincin dan arloji, karena gampang dan tak makan waktu mengambilnya.

Semua tengkoraknya berlubang di tengkuk kepala dan di dalam lekuk tengkorak banyak ditemukan peluru yang tidak tembus keluar kepala. Di rahang sering terdapat serbuk gergaji, rupanya untuk menyumpal agar tahanan tidak bisa berteriak-teriak. Orang-orang Polandia terus gigih bertanya-tanya, tentang sisa dari tahanan yang 250.000 yang sudah dilepas dulu, kemana yang 17.000 lagi itu? Di depan utusan Polandia yang menanyakan itu, Joseph Stalin bersandiwara, dengan menelepon Molotov dan Beria. Stalin bertanya apakah sudah semua tahanan Polandia dibebaskan dari penjara Soviet? Molotov dan Beria menjawab "Ya, sudah". Dusta besar yang busuk ini, bertahan 5 windu lebih lamanya.

Belakangan ketika pasukan Nazi Jerman menemukan kuburan berisi mayat tentara Polandia berseragam lengkap dan tengkorak mereka berlubang karena tembakan di tengkuk kepala, Stalin justru balik menuduh anak buah Hitler-lah yang membantai mereka. Stalin membentuk panitia penyelidik dan, tentu saja, hasilnya sesuai dengan kemauan Stalin (Edvard Radzinsky, Stalin, 1996). Pasukan Nazi Jerman-lah yang melakukan pembantaian itu di tahun 1941, bukan Marxis NKVD di tahun 1940, tuduh panitia penyelidik tersebut. Presiden Roosevelt dan Perdana Menteri Churchill terpaksa percaya pada Stalin, sebagai sekutu mereka di waktu Perang Dunia II itu.

Walaupun sejumlah kubur belakangan ditemukan dan penggalian dilaksanakan, tetap saja penghitungan korban dibandingkan dengan jumlah orang yang hilang, tidak klop. Diduga, selisih jumlah tersebut dibuang ke laut. Sejumlah saksi rakyat Rusia, di tahun 1940, melihat beberapa perahu besar pengangkut barang yang diseret kapal laut, padat berisi orang-orang Polandia itu, 1.700 sampai 2.000 orang dimuat di tiap perahu, mungkin sekali ditenggelamkan di Laut Putih (Beloye More). Laut itu berjarak sekitar 400 kilometer di utara lokasi Hutan Katyn.

Salah satu kunci utama dari pembongkaran pembantaian kolosal ini adalah penemuan dan penggalian kuburan. Keluarga korban Polandia bertahun-tahun diping-pong ke sana kemari mencari penyelesaian pembantaian Katyn, Kalinin dan Starobelsk itu, tapi sia-sia hasilnya. Lavrenti Beria masih terlampau kuat pengaruhnya waktu itu, sebagai kepala intel Rusia yang kulitnya tak tersentuh, jangankan pula tergugat. Marsekal Lavrenti Beria, kepala intel Uni Soviet yang paling ditakuti dan paling dibenci dengan masa dinas di Cheka (1921-1926) dan NKVD (1938-1946), tangan kanan Stalin perencana dan pelaksana penyiksaan serta pembantaian terhadap bagian besar dari 52,1 juta manusia itu, dengan tangan berlumur darah kering, mengakhiri hayatnya dengan hukuman tembak, 23 Desember 1953.

Komunis tulen yang mengabdi pada partai 36 tahun lamanya itu, dituduh oleh kolega-koleganya sendiri dalam sebuah pengadilan-kilat sebagai "kontra-revolusi dan berkhianat pada ideologi". Tidak jelas apakah dia ditembak dengan pistol dilekatkan di tengkuk, satu butir peluru saja, seperti yang dilakukan anak buahnya di Hutan Katyn 13 tahun sebelumnya, atau lebih. Selepas setengah abad, baru berlangsung perubahan. Ketika mulai memegang kekuasaan, walaupun pada awalnya agak ragu-ragu, Mikhail Gorbachev menyatakan bahwa "sudah waktunya untuk mengisi blank spots, ruang-ruang kosong, dalam sejarah". Retorikanya hati-hati. Tentang para korban, dia masih menyebut jumlah ribuan saja, belum sampai jutaan, yang lebih sesuai dengan fakta. Tapi pengakuan bersalah telah dinyatakannya.

Di tahun 1990, ketika Solidarity berkuasa, melalui Jenderal Wojcieh Jaruzelski yang berkunjung ke Moskwa, Gorbachev resmi mengakui kesalahan Uni Soviet terhadap Polandia seraya menyerahkan setumpuk besar dokumen catatan pembantaian di Katyn, Starobelsk dan Kalinin, yang berlangsung di tahun 1940. Dosa besar yang ditutup dan dibantah selama setengah abad, pembantaian keji itu, akhirnya diakui juga oleh rezim Marxis Palu Arit Uni Soviet.
Sumber :
Brian Bailey, Massacres --- An Account of Crimes Against Humanity, 1994
Remnick, Lenin’s Tomb, 1994
Nihan, The Marxist Empire, 1987
Iosif Dyadkin, 1985

Tidak ada komentar:

Posting Komentar